General
Control (Pengendalian Umum)
|
Application
Control (Pengendalian Aplikasi)
|
Pengendalian umum adalah semua bentuk
pengendalian yang tidak terkait langsung dengan aplikasi komputer
|
Pengendalian aplikasi adalah pengendalian
terkait dengan aplikasi (peranti lunak) tertentu.
|
Tujuan pengendalian umum lebih menjamin integritas data yang
terdapat di dalam sistem komputer dan sekaligus meyakinkan integritas program
atau aplikasi yang digunakan untuk melakukan pemrosesan data.
|
Tujuan pengendalian aplikasi dimaksudkan untuk memastikan
bahwa data di-input secara benar ke dalam aplikasi, diproses secara benar,
dan terdapat pengendalian yang memadai atas output yang dihasilkan
|
Pengendalian umum sendiri digolongkan menjadi
:
a)
Pengendalian
organisasi dan otorisasi.
Yang dimaksud dengan pengendalian organisasi
adalah secara umum terdapat pemisahan tugas dan jabatan antara pengguna
sistem (operasi) dan administrator sistem (operasi). Dan juga dapat dilihat
bahwa pengguna hanya dapat mengakses sistem apabila memang telah diotorisasi
oleh administrator.
b)
Pengendalian
operasi.
Operasi sistem informasi dalam perusahaan
juga perlu pengendalian untuk memastikan sistem informasi tersebut dapat
beroperasi dengan baik selayaknya sesuai yang diharapkan.
c)
Pengendalian
perubahan.
Perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap
sistem informasi harus dikendalikan, termasuk pengendalian versi dari sistem
informasi tersebut, catatan perubahan versi, serta manajemen perubahan atas
diimplementasikannya sebuah sistem informasi.
d)
Pengendalian
akses fisikal dan logikal.
Pengendalian akses fisikal berkaitan dengan
akses secara fisik terhadap fasilitas-fasilitas sistem informasi suatu
perusahaan, sedangkan akses logikal berkaitan dengan pengelolaan akses
terhadap sistem operasi sistem tersebut
|
Pengendalian aplikasi terdiri dari :
a)
Pengendalian
Organisasi dan Akses Aplikasi
Pada pengendalian organisasi lebih terfokus
pada aplikasi yang diterapkan perusahaan. Siapa pemilik aplikasi, tugas
administrator, pengguna, hingga pengembangan aplikasi tersebut.
Untuk pengendalian akses, terpusat hanya pada
pengendalian logika saja untuk menghindari akses tidak terotorisasi.
b)
Pengendalian
Input
Pengendalian input memastikan data-data yang
dimasukkan ke dalam sistem telah tervalidasi, akurat, dan terverifikasi.
c)
Pengendalian
Proses
Pengendalian proses biasanya terbagi menjadi
dua tahapan, yaitu
(1) tahapan transaksi, dimana proses terjadi
pada berkas-berkas transaksi baik yang sementara maupun yang permanen
(2) tahapan database, proses yang dilakukan
pada berkas-berkas master.
d)
Pengendalian
Output
Pengendalian output dilakukan beberapa
pengecekan baik secara otomatis maupun manual (kasat mata) jika output yang
dihasilkan juga kasat mata.
e)
Pengendalian
Berkas Master
Pada pengendalian ini harus terjadi
integritas referensial pada data, sehingga tidak akan diketemukan
anomali-anomali, seperti: Anomaly penambahan ; Anomaly penghapusan ; Anomaly
pemuktahiran/pembaruan
|
Hubungan antara
pengendalian umum dan aplikasi bersifat pervasif. Artinya apabila
pengendalian umum terbukti jelek, maka pengendalian aplikasinya diasumsikan
jelek juga, sedangkan bila pengendalian umum terbukti baik, maka diasumsikan
pengendalian aplikasinya juga baik.
|
Minggu, 27 November 2016
GENERAL CONTROL VS APPLICATION CONTROL
Selasa, 22 November 2016
FRAUD
TEORI-TEORI FRAUD
c) Rationalization (Rasionalisasi)
d. Capability
Berdasarkan gambar tersebut menjelaskan bahwa ada suatu hubungan langsung antara tujuan tujuan sebagai apa yang hendak dicapai entitas dengan komponen komponen pengendalian internal yang mewakili apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tujuan itu, serta struktur organisasi entitas pada setiap tingkatan (divisi, unit, operasi, fungsi, dan lainnya). Ketiga kategori tujuan tersebut (operasi, pelaporan, dan ketaatan) diwakili oleh kolom, kemudian kelima komponen pengendalian internal diwakili oleh baris, sedangkan struktur organisasi entitas direpresentasikan oleh ketiga dimensinya.
3 hal yang mendorong
terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu pressure (dorongan), opportunity
(peluang), dan rationalization (rasionalisasi).
a) Pressure (dorongan)
Pressure adalah
dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, contohnya hutang atau
tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dll. Pada
umumnya yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah
finansial.
b) Opportunity
(Peluang)
Opportunity adalah
peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena internal
control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau
penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity
merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan
proses, prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.
c) Rationalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi menjadi
elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas
tindakannya, misalnya:
1. Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
2. Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi, dll.)
3. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.
1. Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
2. Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi, dll.)
3. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.
2. Fraud Scale Theory
Teori fraud scale merupakan perkembangan teori dari teori
sebelumnya yaitu teori fraud triangle. Dalam teori ini dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya tindakan fraud atau kecurangan dengan cara mengamati
tekanan, kesempatan dan integritas pelaku yang akan melakukan fraud. Apabila
seseorang memiliki tekanan yang tinggi, kesempatan besar dan integritas pribadi
yang rendah, maka dapat memungkinkan terjadinya fraud yang tinggi, begitu pula
sebaliknya. Tekanan disini terjadi karena masalah keungan dan atau bisa karena
masalah di lingkungannya. Adanya kesempatan untuk melakukan tindak kecurangan disebabkan
karena lemahnya pengendalian maupun pengawasan organisasi. Sedangkan,
integritas pribadi yang rendah disebabkan oleh kebiasaan individu yang buruk.
Fraud Scale mempunyai tujuan untuk mengukur terjadnya pelanggaran etika,
kepercayaan dan tanggung jawab. Kecurangan atau fraud ini biasanya mengarah
pada penipuan laporan keuangan.
3. GONE Theory
Menurut teori Gone kecurangan dapat terjadi dikarenakan
adanya keserakahan didalam kekuasaan, adanya peluang untuk melakukan
kecurangan, serta karena dihimpit oleh tuntutan hidup, baik berupa tuntutan
primer seperti keluarga individu, maupun karena gengsi.
Dalam teori ini
terdapat empat faktor yang mendorong terjadinya fraud, yaitu :
1. Greed (keserakahan), berkaitan dengan
keserakahan potensial.
2. Opportunity (Kesempatan), berkaitan dengan
keadaan dalam organisasi yang terbuka sehingga dapat membuka kesempatan untuk
melakukan kecurangan.
3. Need (Kebutuhan), adalah suatu tuntutan
kebutuhan individu yang harus terpenuhi.
4. Exposure (Pengungkapan), adalah berkaitan
dengan kemungkinan diungkapkannya serta sanksi hukum yang menjerat.
4. Fraud Diamond
Theory
Teori diamond ini merupakan pengembangan
dari triangle fraud. Teori Fraud Diamond adalah teori yang menunjukkan
hubungan antara empat
elemen yaitu incentive(dorongan), oppurtunity (kesempatan), rasionalization (pembenaran),
dan capability(kapabilitas).
a.
Incentive
Incentive merupakan suatu dorongan yang timbul
karena adanya tuntutan atau tekanan yang dihadapi oleh seseorang. Incentive
dapat memicu terjadinya kecurangan seperti keserakahan yang mengakibatkan
tekanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
b.
Opportunity
Opportunity adalah suatu kesempatan yang timbul
karena terdapat kelemahan pengendalian internal organisasi atau perusahaan
dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Oppurtunity dapat terjadi karena
adanya kekuasaan terhadap organisasi dan juga karena seorang fraudster atau
orang-orang yang melakukan kecurangan mengetahui kelemahan dari system-sistem
yang ada.
c.
Rationalization
Rationalization adalah kondisi dimana fraudster atau
pelaku kecurangan mencari suatu pembenaran terhadap tindakan yang dilakukannya
untuk memperoleh kekayaan dengan cara yang cepat.
d. Capability
Capability
merupakan suatu kemampuan dan keterampilan tentang pemahaman yang
mendetail sehingga seorang fraudster atau pelaku kecurangan dapat mengetahui
kelemahan dan dapat memanfaatkannya untuk melakukan fraud atau kecurangan.
Capability dapat mengakibatkan ancaman karena pelaku didalam organisasi
merupakan orang yang memiliki kekuasaan atau didalam posisi lini manjamen,
serta memiliki kecerdasan serta pemahaman tentang sistem didalam organisasi
tersebut. Pelaku tersebut disebut sebagai suatu tindakan kejahatan kerah putih
atau white collar crime karena kecurangan jenis ini mempunyai ancaman yang
sangat besar dan sangat signifikan terhadap organisasi yang bersangkutan.
5. Fraud Pentagon Theory
Teori ini merupakan
perluasan dari teori Triangle dan dua faktor yang lainnya. Fraud timbul karena
ada lima faktor, yaitu Pressure (tekanan), Opportunity (kesempatan),
Rationalization (rasionalisasi), Competence (kompetensi), dan Arrogance
(arogansi). Untuk faktor pressure, oppurtunity dan rasionalization sama dengan
teori triangle yaitu masing masing karena seseorang mempunyai tekanan sehingga
terdapat dorongan untuk melakukan fraud, seseorang mempunyai kesempatan untuk
melakukan fraud karena lemahnya pengawasan, dan seseorang mencari pembenaran
atas tindakan fraud tersebut. Selanjutnya
dua faktor yang lain yaitu Competence (kompetensi), dan Arrogance (arogansi).
Competence (kompetensi) serupa dengan kemampuan atau kapabilitas (capability)
yang dijelaskan dalam teori diamond. Competence (kompetensi) merupakan
kemampuan karyawan untuk mengabaikan pengawasan internal, mengembangkan
strategi penyembunyian, dan mengontrol situsi sosial untuk keuntungan
pribadinya. Sedangkan untuk faktor arrogance (arogansi) yaitu sikap
superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa pengawasan internal atau
kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya.Kelima faktor tersebut lebih
dikenal dengan Crowe’s fraud pentagon theory.
THE FRAUD THREE
Tiga cabang utama dari
fraud tree ini adalah :
1) Corruption
(Korupsi)
Korupsi disini merupakan penyalahgunaan wewenang.Maka dari itu pelaku
korupsi
ini biasanya merupakan
orang-orang yang memiliki kedudukan dalam suatu instansi maupun
organisasi.Contohnya bisa kita lihat sendiri pada banyak kasus yang terjadi di
Indonesia.Biasanya koruptor tersebut merupakan pejabat negara atau instansi
yang memiliki kewenangan tertentu. Terjadinya korupsi bisa terjadi karena
beberapa hal, antara lain:
a. Konflik Kepentingan. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai
bentuk, di antaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat dan keluarga
beserta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan di lembaga-lembaga
pemerintah dan di dunia bisnis sekalipun.
b. Penyuapan. Praktek-praktek penyuapan sesungguhnya
banyak terjadi dalam dunia bisnis di sekitar kita.Penyuapan biasanya dilakukan
agar dapat menghindari prosedur atau birokrasi yang terkesan
berbelit-belit.Penyuapan ada berbagai macam bentuknya.Kickback meruapkan salah
satu bentuk penyuapan dimana penjual menyerahkan sebagian dari hasil penjualannya.Prosentase
yang diserahkan itu bisa diatur dimuka atau diserahkan sepenuhnya kepada
penjual. Dalam hal terakhir, apabila penerima kickback mengganggap kickback
yang diterimanya terlalu kecil maka dia akan mengalihkan bisnisnya ke rekanann
yang mampu memberi kickback yang lebih tinggi.
c. Illegal Gratuities adalah pemberian arau hadiah yang merupakan dalam bentuk terselubung atau sering disebut juga sebagai gratifikasi.
c. Illegal Gratuities adalah pemberian arau hadiah yang merupakan dalam bentuk terselubung atau sering disebut juga sebagai gratifikasi.
2) Asset Misappropriation
(Penyelewengan Aset)
Merupakan pengambilan
asset secara illegal atau sering juga disebur sebagai penggelapan. Asset
missappropriation biasanya dilakukan dengan 3 cara antara lain:
a. Skimming : dalam skimming uang dijarah sebelum uang
tersebut secara fisik masuk ke perusahaan. Cara ini terlihat dalam fraud yang sangat
dikenal oleh auditor, yaitu lapping.
b. Larceny. Berbeda dengan skimming, maka larceny yaitu
menjarah uang ketika sudah masuk dalam perusahaan. Dalam fraud tree larceny ada
5 yaitu billing schemes, Payroll Schemes, Expense Reimbursement Schemes, Check
Tampering dan Register Disbursement
c. Billing Schemes: adalah skema dengan menggunakan
proses billing atau pembebanan tagihan sebagai sarananya.Pelaku dapat
mendirikan perusahaan bayangan yang seolah-olah merupakan pemasok atau rekanan
atau kontraktor sungguhan. Perusahaan bayangan ini merupakan sarana untuk
mengalirkan dana secara tidak sah ke luar perusahaan.
d. Payroll Schemes : adalah sekema melalui pembayaran
gaji. Bentuk permainannya antara lain dengan pegawai atau karyawan fiktif. Atau
dalam pemalsuan jumlah gaji.Jumlah gaji yang dilaporkan lebih besar dari gaji
yang dibayarkan.
e. Expense Reimbursement Schemes. Sekam melalui pembayaran
kembali-biaya-biaya, misalnya biaya perjalanan.Contoh seorang salesman
mengambil uang muka perjalanan dan sekembalinya dari perjalanan dia membuat
perhitungan biaya perjalanan. Kalau biaya perjalanan melampaui melampaui uang
mukanaya, ia akan meminta penggantian. Ada beberapa cara skema melalui
reimbursement ini. rincian biaya menyamarkan jenis pengeluaran yang sebenarnya
atau biayanya dilaporkan lebih besar dari pengeluaran sebenarnya.
f. Check Tampering : pemalsuan cek
g. Register Disbursement adalah pengeluaran yang sudah
masuk dalam Cash Register. Skema ini melalui register disbursement pada
dasarnya ada dua yaitu pengembalian uang yang dibuat-buat dan pembatalan palsu.
3) Fraudulent Statement (Manipulasi Laporan)
Memanipulasi peloporan
paling banyak pada laporan keuangan, jenisnya ada overstatement (penyajian
lebih tinggi dari fisik) atau understatement (penyajian lebih rendah) terhadap
aset atau penghasilan. Untuk laporan non finansial misalkan sebuah perusahaan
emas menyantumkan nilai cadangannya jauh lebih tinggi dari kenyataan untuk
menaikkan harga saham
KOMPONEN-KOMPONEN COSO
COSO menyatakan
mengenai unsur unsur pengendalian internal sebagai berikut :
1. Control Environment
2. Risk Assessment
3. Control Activities
4. Information And Communication
5. Monitoring Activities
Adapun hubungan diantara kelima tujuan dan komponen komponen
pengendalian internal tersebut digambarkan oleh COSO dalam bentuk kubus sebagai
berikut :
Berdasarkan gambar tersebut menjelaskan bahwa ada suatu hubungan langsung antara tujuan tujuan sebagai apa yang hendak dicapai entitas dengan komponen komponen pengendalian internal yang mewakili apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tujuan itu, serta struktur organisasi entitas pada setiap tingkatan (divisi, unit, operasi, fungsi, dan lainnya). Ketiga kategori tujuan tersebut (operasi, pelaporan, dan ketaatan) diwakili oleh kolom, kemudian kelima komponen pengendalian internal diwakili oleh baris, sedangkan struktur organisasi entitas direpresentasikan oleh ketiga dimensinya.
Berikut ini
merupakan kelima komponen pengendalian internal tersebut :
1. Lingkungan Pengendalian (Control
Invironment)
Berdasarkan rumusan
COSO, bahwa lingkungan pengendalian didefinisikan sebagai seperangkat standar,
proses, dan struktur yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian
internal di seluruh organisasi.
Selanjutnya, COSO
menyatakan, bahwa terdapat lima prinsip yang harus ditegakkan atau dijalankan
dalam organisasi untuk mendukung lingkungan pengendalian agar dapat terwujud
dengan baik, yaitu:
Ø Organisasi yang terdiri dari dewan direksi,
manajemen, dan personil lainnya menunjukkan komitmen terhadap integritas dan
nilai-nilai etika.
Ø Dewan direksi menunjukkan indenpendensi dari
manajemen dan dalam mengawasi pengembangan dan kinerja pengendalian internal.
Ø Manajemen dengan pengawasan dewan direksi
menetapkan struktur, jalur pelaporan, wewenang-wewenang dan tanggung jawab
dalam mengejar tujuan.
Ø Organisasi menunjukkan komitmen untuk
menarik, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompetensi sejalan
dengan tujuan.
Ø Organisasi meyakinkan individu bertanggung
jawab atas tugas dan tanggung jawab pengendalian internal mereka dalam mengejar
tujuan.
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Menurut COSO,
penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan interaktif untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap pencapaian tujuan. Risiko itu
sendiri dipahami sebagai suatu kemungkinan bahwa suatu peristiwa akan terjadi
dan mempengaruhi pencapaian tujuan entitas, dan risiko terhadap pencapaian
seluruh tujuan dari entitas ini dianggap relatif terhadap toleransi risiko yang
ditetapkan.
Prinsip-prinsip yang
mendukung penilaian risiko menurut COSO sebagai berikut :
Ø Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan
yang cukup untuk memungkinkan identifikasi dan penilaian risiko yang berkaitan
dengan tujuan.
Ø Organisasi mengidentifikasi risiko terhadap
pencapaian tujuan di seluruh entitas dan analis risiko sebagai dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
Ø Organisasi mempertimbangkan potensi
kecurangan dalam menilai risiko terhadap pencapaian tujuan.
Ø Organisasi mengidentifikasi dan menilai
perubahan yang signifikan dapat mempengaruhi sistem pengendalian internal.
3. Aktivitas Pengendalian (Control
Activities)
Menurut COSO,
aktivitas pengendalian adalah tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan
manajemen untuk mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan dilakukan.
Aktivitas pengendalian meliputi kegiatan yang berbeda,seperti: otorisasi,
verifikasi, rekonsiliasi, analisis, prestasi kerja, menjaga keamanan harta
perusahaan dan pemisahan fungsi.
COSO menegaskan
mengenai prinsip prinsip dalam organisasi yang mendukung aktivitas pengendalian
yaitu sebagai berikut :
Ø Organisasi memilih dan mengembangkan
aktivitas pengendalian yang berkontribusi terhadap mitigasi risiko pencapaian
sasaran pada tahap yang dapat diterima.
Ø Organisasi memilih dan mengembangkan
aktivitas pengendalian umum atas teknologi untuk mendukung tercapainya tujuan.
Ø Organisasi menyebarkan aktivitas pengendalian
melalui kebijakan kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan, dan
prosedur-prosedur yang menempatkan kebijakan kebijakan ke dalam tindakan.
4. Informasi Dan Komunikasi (Information And
Communication)
COSO menjelaskan
bahwa informasi sangat penting bagi setiap entitas untuk melaksanakan tanggung
jawab pengendalian internal guna mendukung pencapaian tujuan-tujuannya.
Informasi yang diperlukan manajemen adalah informasi yang relevan dan
berkualitas baik yang berasal dari sumber internal maupun eksternal dan
informasi yang digunakan untuk mendukung fungsi komponen-komponen lain
pengendalian internal.
Ada 3 prinsip yang
mendukung komponen informasi dan komunikasi dalam pengendalian internal menurut
COSO, yaitu :
Ø Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan
menggunakan informasi yang berkualitas dan yang relevan untuk mendukung fungsi
pengendalian internal.
Ø Organisasi secara internal mengkomunikasikan
informasi, termasuk tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal dalam
rangka mendukung fungsi pengendalian internal.
Ø Organisasi berkomunikasi dengan pihak
internal mengenai hal-hal yang mempengaruhi fungsi pengendalian internal.
5. Aktivitas Pemantauan (Monitoring
Activities)
Aktivitas pemantauan
menurut COSO merupakan kegiatan evaluasi dengan beberapa bentuk apakah yang
sifatnya berkelanjutan, terpisah maupun kombinasi keduanya yang digunakan untuk
memastikan apakah masing-masing dari kelima komponen pengendalian internal
mempengaruhi fungsi fungsi dalam setiap komponen, ada dan berfunsi. Kegiatan
pemantauan meliputi proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal
sepanjang waktu, dan memastikan apakah semuanya dijalankan seperti yang
diinginkan serta apakah telah disesuaikan dengan perubahan keadaan. Pemantauan
dilakukan untuk memberikan keyakinan apakah pengendalian internal telah
dilakukan secara memadai atau tidak
Selasa, 15 November 2016
ANALISA SISTEM ONLINE
E-COMMERCE
8WOOD
(http://www.8wood.id/)
8Wood merupakan situs e-commerce yang menyediakan kebutuhan fashion wanita, mulai dari bawahan, atasan,
hingga aksesori dengan harga yang terjangkau. Masing-masing kategori produk
tersebut dikelompokkan kembali sesuai dengan jenisnya sehingga para pelanggan
atau pengunjung website 8wood bisa mencari produk yang diinginkan dengan mudah.
Diluncurkan pada awal tahun 2013, 8Wood didirikan oleh Alvin
Yudhapatria bersama istrinya Alice Norin. Alvin selaku CEO adalah seorang DJ
dan Event Organizer (EO). Sedangkan Alice selaku CCO
merupakan selebriti yang sering muncul di layar kaca Indonesia dan juga seorang
DJ.
Baju
wanita dari 8WOOD di desain khusus memenuhi kebutuhan wanita yang trendy,
berjiwa muda, ingin tampil beda dan berpenampilan menarik layaknya selebritis
dunia dan dalam negeri. Keunikan dari 8wood sendiri yaitu gratis biaya
pengiriman dan mudah dalam pengembalian demi kepuasan belanja online di 8wood.
Keunggulan dari 8wood yaitu 8wood memiliki tim
stylish khusus yang bertugas untuk memadu-madankan produk fashion yang satu
dengan produk fashion lainnya. Hasilnya, setiap ilustrasi produk yang
ditampilkan di website 8wood akan tampak menarik, elegan dan sesuai dengan gaya
berbusana masyarakat Indonesia.
TIPE SISTEM
Sistem yang
digunakan oleh 8wood adalah sistem Business to Customer (B2C) dimana 8wood
sebagai pelaku bisnis, menawarkan dan menjual produknya kepada konsumen secara
online. Karakteristik dari sistem B2C ini yaitu terbuka untuk umum, servis diberikan
dengan menggunakan basis web. Transaksi barang biasanya dilakukan langsung dari
produsen ke konsumen tanpa melalui perantara. Setelah konsumen melakukan
pembayaran, maka produsen akan mengirimkan barang yang telah dipesan konsumen. Kelebihan
dari B2C adalah konsumen dapat mempelajari produk yang telah dipublikasikan ke
internet, serta menghemat waktu dikarekanakan transaksi yang dilakukan sangat
mudah dan cepat. Cara pembelian barang pada situs 8wood adalah sebagai berikut
:
1. Buka situs www.8wood.id
menggunakan google chrome atau mozilla firefox, maka akan muncul gambar berikut
ini pada halaman awal.
2. Setelah menemukan barang yang diinginkan, kemudian anda dapat memesan barang tersebut dengan mengklik judul barang tesebut kemudian klik kotak hitam bertuliskan “Pesan Sekarang”.
Apabila anda masih ingin membeli barang lain, dapat mengklik kotak bertuliskan “Lanjutkan Belanja”, namun apabila hanya ingin membeli satu barang maka lanjutkan dengan mengklik “Bayar Sekarang”.
3. Pada halaman ini, anda akan diminta untuk mengecek kembali apakah barang sudah sesuai dengan yang diinginkan, baik dari segi ukuran, jumlah barang maupun harga. Selanjutnya, klik “Bayar Transaksi Ini”
4. Tahap terakhir yaitu mengisi form pembayaran dengan selengkap lengkapnya dan sejelas jelasnya agar tidak terjadi salah kirim dan hal-hal lain yang tidak diinginkan. Pembeli dapat memilih metode pembayaran yang diinginkan, yaitu memlalui transfer atau credit card atau virtual account. Selain itu, pembeli juga memilih metode pengiriman melalui JNE Reguler atau JNE Yes. Perbedaan dari keduanya adalah jangka waktu pengirimannya, JNE Yes lebih cepat sampai dibandingkan JNE Reguler. Setelah mengisi form pembayaran anda dapat mengklik “Bayar”
5. Selanjutnya, pembeli akan dikirimkan order ID, tagihan pembayaran serta instruksi pembayaran melalui e-mail.
MODEL SISTEM
Model
sistem yang digunakan oleh 8wood adalah model E-tailer. Model E-tailer
merupakan konsep dasar perdagangan elektronik (e-commerce) dimana terjadi
interaksi antara penjual dan pembeli secara langsung. Model E-tailer mengorganisasikan
produk yang akan dijual dalam bentuk katalog produk yang ditempatkan pada
halaman website.
JENIS PENDAPATAN
8wood
merupakan situs e-commerce yang mendapatkan penghasilan dari penjualan
produknya (sales), yaitu pakaian, sepatu, tas dan aksesoris wanita.
Langganan:
Postingan (Atom)